Syair: Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika

Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika - Hallo sahabat puisi,pengertian dari syair dan contoh ragam syair,pengertian syair dan pantun pengertian puisi syair serta pengertian dan contoh syair Panahranah, Puisi, baca lagi di Pengertian syair Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Sejarah Indonesia, Artikel Sejarah Kelas XII, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika
link : Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika

Baca juga: sapiens, Pengertian syair


Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II menjadi titik awal munculnya dua kekuatan raksasa yang saling bertentangan di dalam politik dunia. Kekuatan raksasa yang dimaksud adalah Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet. Pertentangan yang terjadi antara Blok Barat dan Blok Timur tersebut sangat mempengaruhi keadaan negara-negara di benua Asia dan Afrika. Hal itu dikarenakan pada awal tahun 1950-an, benua Asia dan Afrika menjadi ajang pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Ketegangan yang terjadi tidak hanya mengenai masalah ideologi, tetapi juga hingga menimbulkan terjadinya pertempuran-pertempuran bersenjata yang mengancam perdamaian dunia, khususnya terhadap kemerdekaan dan perdamaian yang baru diraih oleh negara-negara Asia-Afrika.

Di sisi lain, Republik Indonesia sendiri saat itu menganut politik luar negeri yang dikenal dengan “politik bebas”. Sering pula politik ini diperjelas dengan menambahkan kata  “aktif” sehingga menjadi politik “bebas-aktif”. Kata “aktif” itu digunakan agar Indonesia berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian dan meredakan pertentangan-pertentangan sesuai cita-cita PBB. Sementara itu, politik luar negeri tersebut juga berarti bahwa politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif menuju perdamaian dunia atas dasar kepentingan nasional. Oleh karena itu, Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo melihat perlunya keaktifan pemerintah untuk ikut serta meredakan ketegangan yang sedang terjadi antara dua kekuatan baru tersebut.

Upaya pertama yang dilakukan oleh Perdana Menteri dimulai pada tanggal 25 Agustus 1953, ketika ia menyampaikan program pemerintah di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara. Selain menyampaikan program tersebut, ia juga menyatakan bahwa perlunya keaktifan pemerintah dalam meredakan ketegangan dunia yang memerlukan kerjasama dengan negara-negara yang keadaan dan kedudukannya sama dengan Indonesia. Negara-negara yang dimaksud adalah negara-negara Asia-Afrika yang mempunyai pendirian sama terhadap persoalan internasional. Pada umumnya, negara-negara Asia-Afrika merasakan pengaruh perang dingin terhadap kehidupan-kehidupan negaranya yang sedang berkembang. Oleh karena itu,  kelak diperlukan suatu usaha bersama untuk membebaskan negara-negara Asia-Afrika dari pengaruh perang dingin tersebut.
Gambar. Suasana Konferensi Asia Afrika
Sumber. https://non-indonesia-distribution.brta.in/2018-04/963500fb70ae1e1e212349f211fe1ce6b5960cea.png

Solidaritas Asia-Afrika ini kemudian terwujud dalam Konferensi Asia-Afrika atau dikenal pula dengan Konferensi Bandung. Cita-cita solidaritas ini sebenarnya sudah muncul sejak 1926 ketika terjadi suatu pertemuan antara pemuda-pemuda Asia-Afrika yang sedang belajar di pusat-pusat pendidikan Barat. Di Asia-Afrika, nasionalisme timbul sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan dari luar yang selalu menggetarkan nilai-nilai, kehormatan dan harkat nasional. Nasionalisme inilah yang telah mendorong kita kepada perjuangan untuk kemerdekaan dan emansipasi, nasionalisme inilah yang menyebabkan kita melihat kejahatan yang tak terpisahkan dari imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk-bentuk dan manifestasi-manifestasinya, dan mendorong kita kepada perjuangan untuk mengakhirinya diseluruh dunia.

Tindak lanjut dari perjuangan dan pembicaraan tersebut adalah dengan diadakannya Konferensi Bogor. Konferensi ini yang menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:
a.  Mengadakan KAA di Bandung pada bulan April 1955.
b.  Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor.
c.  Menetapkan 25 negara-negara Asia Afrika yang akan diundang.

Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang, Federasi Afrika Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.

Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18 –  24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA. Tujuan Konferensi Asia Afrika antara lain untuk mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika, Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika, Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan Afrika, Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia, Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing dan terakhir melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imprialis lainnya.

Konferensi Asia Afrika ditutup dengan menghasilkan beberapa keputusan dalam bentuk Dasasila Bandung.  Terdapat 10 poin dalam Dasasila Bandung antara lain :

  1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
  3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
  4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
  5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
  6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
    (b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
  7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
  8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
  9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
  10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

Negara Peserta Konferensi Asia Afrika

  1. Afganistan
  2. Arab Saudi
  3. Burma (sekarang Myanmar)
  4. Ceylon (sekarang Sri Lanka)
  5. China
  6. Ethiopia
  7. Filipina
  8. India
  9. Indonesia
  10. Irak
  11. Iran
  12. Jepang
  13. Kamboja
  14. Laos
  15. Lebanon
  16. Liberia
  17. Libya
  18. Mesir
  19. Nepal
  20. Pakistan
  21. Sudan
  22. Suriah
  23. Thailand
  24. Turki
  25. Vietnam
  26. Vietnam Selatan
  27. Yaman
  28. Yordania
Referensi
  • Modul Sejarah Indonesia Kelas XII Oleh Irma Samrotul Fuadah, S.Pd., M.M.Pd
  • Penutupan KAA di Bandung 1955. Dari halaman https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/penutupan-kaa-1955-di-bandung
oOo


Demikianlah Artikel Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika

Sekianlah artikel Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Materi Sejarah Indonesia Tentang Konferensi Asia Afrika dengan alamat link Sapiens
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
Sejarah Indonesia,Sejarah Kelas XII